Kalo boleh tau, bagaimanakah sosok ibumu di matamu ? pertanyaan itu akhir-akhir ini sering kuajukan kepada sahabat, teman, bahkan tokoh-tokoh dan artis. Itu memang bukan pertanyaan serius, hanya sekedar obrolan santai yang ku pelesetkan untuk mencari jawaban yang bermakna.
Ya, jawaban bermakna. Bagiku, ketika seseorang mengatakan bangga terhadap ibunya, itu adalah hal yang sangat bermakna. Karena dari sanalah mereka akan bercerita tentang ibu mereka yang amat luar biasa. Dan dari sana pula aku akan mendapatkan sirat mata seorang anak yang berkaca-kaca penuh cinta ketika bercerita tentang ibu mereka.
so sweet.. itu adalah hal yang menakjubkan.
“ibu saya adalah sosok yang hebat, tidak memaksakan kehendak anaknya, namun bisa menanamkan kami anak-anaknya untuk bertanggung jawab pada pilihan kami sendiri “ kata artis cantik Artis Ivo.
“Ibu saya adalah seorang yang tegas. Saya ingat sekali ketika beliau mengajarkan langsung ke anak-anaknya bagaimana membedakan bunyi ‘Kha’ dengan ‘Gha’. Setiap habis maghrib, beliau mengulangi rutinitas itu tanpa bosan” kata Wirrianingsih, ibu dari 10 Anak Pengahafal Al-Qur’an ini, yang saat ini juga menjabat sebagai ketua Salimah dan ASA Indonesia.
Sedangkan mantan artis Anneke Putri punya cerita sendiri tentang ibunya, “ Ibu sangat melatih kedisiplinan kepada anak-anaknya sejak kecil. Hingga kini saya masih merasakan didikan ibu.”
Kelak, jika aku memiliki anak, aku juga ingin menjadi ibu yang bisa dibanggakan oleh anak-anakku. karena ternyata dari pertanyaan tersebut yang kuajukan, aku pernah mendapatkan jawaban yang begitu mencengangkan :
“ibuku adalah seorang yang keras. Aku ingat sekali ketika aku minta diajarin menyulam karena tugas dari sekolah, ibu memakiku di depan tamu-tamu ibu. ibu juga suka memarahi ku waktu kecil dengan bentakan yang keras. Bahkan ketika aku dewasa dan kuliah, ibu juga sering memarahiku. Karena ibu lebih suka melihat aku membantunya berdagang di toko ketimbang kuliah. sehingga jika aku ingin berangkat kuliah, pasti ibu marah-marah dulu. Ibu benar-benar mendikte cita-citaku. Aku ingin A, tapi aku dicetak untuk menjadi B. Sekarang aku tidak menjadi seperti yang ibu inginkan, dan ibu mengungkit-ungkit ongkos kuliah yang telah ia keluarkan untukku. Maafkan aku ibu, aku belum bisa membayarnya..”
“kebaikan tentang ibuku.... pasti ada. hanya aku lupa. Yang terekam di kepala adalah hal-hal tersebut tadi”
***
Cukup lama aku termenung ketika mendengar jawaban sahabatku itu. ia tidak
Senin, 14 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar